PELAJARAN BERHARGA
DARI SETITIK BINTANG SENJA
Sore itu, jum’at sore, seperti biasanya aku pergi ke mushola
di dekat rumahku untuk mengikuti pengajian. Saat aku tiba disana ternyata belum
banyak anak-anak yang datang. Hanya ada segelintir anak seusiaku yang sedang
berkumpul di halaman mushola sambil bercengkrama untuk sekedar mengisi waktu
kosong selagi bu Ustadzah belum datang. Aku pun memilih tempat di pojok beranda
mushola yang agak sepi untuk sekedar duduk-duduk dulu sambil menunggu
kedatangan bu Ustadzah. Ternyata aku datang terlalu cepat.
Dari tempat aku duduk, aku bisa
melihat dan sedikit mendengar sekumpulan anak-anak yang berusia kira-kira
sekitar 6 tahun sedang bermain-main di tanah wakaf sebelah mushola. Aku suka
anak-anak, aku senang memperhatikan mereka bermain. Mereka sedang bermain
kelereng dan terlihat seperti sangat menikmati permainan mereka itu.
Ditengah-tengah permainan, ada seorang
anak yang keluar dari kerumunan itu. Dia berjalan ke arah pohon besar yang ada
di ujung lapangan. Aku tidak tahu apa yang dia lakukan, tapi tak tahu mengapa
juga aku lebih tertarik memperhatikan anak itu daripada anak-anak lain yang
masih bermain. Lalu kulihat dia membungkuk sebentar dan sesaat kemudian aku
melihat dia mencoba memanjat pohon itu. Aku terkejut melihatnya, tidak ada
seorang pun yang melihatnya melakukan itu selain aku, jadi tanpa pikir panjang
lagi aku segera berlari ke arah pohon itu untuk memastikan tidak terjadi
apa-apa padanya.
Sesampainya di bawah pohon itu, aku
sangat takut terjadi sesuatu pada anak itu karena dia memanjat terlalu tinggi.
Akhirnya aku berkata padanya dan meminta dia agar segera turun “De, apa yang
kamu lakukan disana? Nanti kamu bisa jatuh, ayo lekas turun!” tapi anak itu
tidak menggubris peringatanku, ia memanjat semakin tinggi dan aku pun semakin
panik “Ayolah de, lekas turun! Kulit pohon itu sangat licin, kamu bisa
terpeleset.” Dia tidak turun juga, entah apa yang sedang dilakukannya.
Setelah aku meminta dia turun entah
untuk yang keberapa kalinya, akhirnya anak itu mau turun juga. Sesampainya dia
dibawah, aku langsung bertanya padanya dan memeriksa keadaannya “Kamu tidak
apa-apa de? Sedang apa tadi kamu diatas sana?” anak itu menggelengkan kepalanya
sambil tersenyum dan menjawab pertanyaanku dengan panjang lebar dan pelafalan
kata yang masih cadel “Kakak, tadi itu ade naik keatas pohon karena ada seekor
anak burung yang jatuh. Ade tidak tega melihat dia jauh dari ibunya, pasti dia
merasa sangat ketakutan. Ade juga yang sudah sebesar ini kalau jauh dari mama
sering ketakutan, apalagi burung kecil itu. Jadi ade naik ke atas pohon itu
untuk mencari sarang keluarganya dan mengembalikan dia ke keluarganya supaya
dia merasa aman dan nyaman ditengah-tengah keluarganya, begitu kak.”
Aku terdiam mendengar cerita anak itu
karena merasa tersentuh. Anak ini, yang usianya masih sangat belia ternyata
mempunyai rasa belas kasih terhadap sesama yang begitu besar, hingga dia rela
membahayakan nyawanya sendiri hanya untuk menyelamatkan seekor burung kecil.
Aku sangat tersentuh. Aku saja yang sudah menginjak usia remaja sering kali
mengabaikan keadaan makhluk-makhluk hidup lain disekitarku, sedangkan anak ini
yang usianya terpaut sangat jauh dariku sudah bisa mengasihi sesamanya.
“Kakak kenapa menangis?” pertanyaan
itu menyadarkanku bahwa ada sesuatu yang mengalir di pipiku, ternyata aku
menangis. “Tidak apa-apa de, kakak hanya terharu melihat kebaikan kamu.
Ternyata kamu sangat baik sekali.” Anak itu tersipu malu dan tersenyum polos.
Pipinya yang gendut bersemu merah.
Aku tersadar ternyata hari semakin sore, sekumpulan anak-anak
yang sedang bermain pun sudah tidak ada dan bu Ustadzah pasti sudah datang.
Kemudian aku berkata lagi pada anak itu “De, ini sudah sore, sebaiknya kamu
pulang. Mamamu pasti cemas mencarimu, ayo pulang sana!” Dia menjawab malu-malu
“Iya deh kak, ade pulang dulu ya, dadah kakak….!” Anak itu pun berlari keluar
lapangan sambil tertawa dan melambaikan tangannya. Aku tersenyum ke arahnya dan
membalas lambaian tangannya.
Setelah dia hilang dari pandangan, aku bergegas kembali ke
mushola untuk mengikuti pengajian. Bu Ustadzah datang tepat ketika aku memasuki
halaman samping mushola. Beliau tersenyum padaku dan bergegas masuk, aku dan
teman-teman yang lain mengikuti. Tema pengajian kali ini membahas tentang
pentingnya rasa kasih sayang terhadap sesama ciptaan Allah. Untuk sesaat aku
terkejut karena tema ini sangat berkaitan erat dengan kejadian yang baru saja
aku alami. Aku pun tersenyum dan mengikuti pengajian dengan penuh khidmat.
Pengajian selesai terlalu cepat bagiku. Aku pulang dengan
perasaan yang sangat bahagia karena aku mendapatkan pelajaran yang sangat
berharga hari ini. Pelajaran yang sangat istemewa, karena aku mendapatkannya
dari seorang anak berusia 6 tahun yang masih sangat polos. Sepanjang jalan
pulang itu aku merenungkan semua kejadian tadi, lalu dengan tekad yang teguh
aku berjanji pada diri sendiri aku akan lebih peka terhadap lingkungan
sekitarku, bukan hanya pada orang-orangnya saja tetapi pada semua makhluk
ciptaan Allah SWT. karena saling menyayangi itu ternyata sangat indah. Maha
Besar Allah, yang telah menganugerahkan perasaan kasih sayang yang teramat
besar kepada seluruh umat-Nya..
SELESAI
HANNISA TM (210412)~~
1 komentar:
senpai ceritanya bagus mohon bimbinganya saya ada di http://leovincin.blogspot.com/ saya akan memulai karya saya dari sini mohon bantuanya
Posting Komentar